
Negosiasi Pembebasan WNI yang Disandera OPM, Militer Indonesia Siapkan Kekuatan Besar - Harsindo.COM. . OPM Sandera 2 WNI di Papua Nugini, Militer Siapkan Operasi. Saat ini TNI telah menyiagakan pasukan dari berbagai kesatuan, mulai dari Kopassus, Paskhas, Denjaka, dan Denbravo, untuk membantu operasi pembebasan sandera bila izin turun dari pemerintah PNG.
Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Badrodin Haiti menyatakan negosiasi pembebasan dua warga negara Indonesia yang disandera Organisasi Papua Merdeka terus berlangsung. Keduanya, Sudirman dan Badar, diserang saat sedang bekerja mengolah kayu di Distrik Keerom, Papua. Mereka kemudian dibawa ke Vanimo, Papua Nugini, dan hingga kini ditawan di sana.
“Perwakilan Indonesia kan ada di sana (Papua Nugini). Mereka yang melakukan negosiasi,” kata Badrodin di Jakarta, semalam.
Papua Nugini, ujar Badrodin, bagaimanapun negara lain sehingga peran Indonesia dalam pembebasan sandera amat tergantung pada pemerintah setempat. Indonesia tidak bisa langsung bertindak tanpa izin pemerintah PNG.
“Kalau mereka izinkan aparat keamanan Indonesia untuk melakukan tindakan, ya boleh. Sebab kita (RI) tidak punya kewenangan di sana. Jangan anggap itu (PNG) wilayah kita,” kata Badrodin.
Ia mencontohkan kasus penyanderaan WNI di PNG itu dengan perkara koruptor yang kabur ke luar negeri. “Biarpun kita temukan mereka di sana, kita tidak bisa langsung tangkap karena itu negara orang,” ujar Badrodin.
Meski demikian nih gan harsindo.com, koordinasi antara pemerintah RI dan Papua Nugini berlangsung intens. Pemerintah PNG berperan sebagai mediator, dan memberi tahu substansi materi yang dibicarakan dengan pihak penyandera.
Sementara Kapolda Papua Inspektur Jenderal Paulus Waterpauw menyatakan militer Papua Nugini saat ini menghimpun kekuatan dari ibu kotanya, Port Moresby, terkait upaya operasi pembebasan sandera.
“Militer PNG sudah mempersiapkan kekuatan cukup besar yang didatangkan dari Port Moresby untuk membantu tentara PNG yang ada di Vanimo,” kata Paulus seperti dilansir Detikcom, usai menggelar pertemuan dengan Jack Aly, Konsulat Negara Papua Nugini untuk Provinsi Papua.
Paulus dan Jack bertemu untuk berkoordinasi terkait pembebasan dua WNI di Vanimo tersebut. Sebelumya, Polda Papua telah mengirim tiga tokoh adat untuk bertemu kelompok bersenjata yang menyandera Sudirman dan Badar.
Sebelumnya Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Endang Sodik menyatakan para penyandera meminta agar kedua WNI ditukar dengan tahanan di Polres Keerom yang terlibat kasus ganja.
Namun menurut Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan, hingga saat ini belum ada solusi atas negosiasi yang berlangsung dengan OPM. Menurutnya, pemerintah RI tidak dapat memenuhi permintaan OPM.
Luhut menyatakan pemerintah RI tidak bisa berkompromi dan tak bisa pula melakukan barter dengan pihak penyandera.
Saat ini TNI telah menyiagakan pasukan dari berbagai kesatuan, mulai dari Kopassus, Paskhas, Denjaka, dan Denbravo, untuk membantu operasi pembebasan sandera bila izin turun dari pemerintah PNG.
Kopassus atau Komando Pasukan Khusus ialah bagian dari komando utama tempur milik TNI Angkatan Darat yang punya kemampuan antiteror, Denjaka atau Detasemen Jala Mengkara ialah satuan antiteror TNI Angkatan Laut, sedangkan Denbravo Kopaskhas atau Korps Pasukan Khas ialah satuan elite TNI Angkatan Udara setara Kopassus. Satuan-satuan ini merupakan yang terbaik yang dimiliki TNI.
Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Badrodin Haiti menyatakan negosiasi pembebasan dua warga negara Indonesia yang disandera Organisasi Papua Merdeka terus berlangsung. Keduanya, Sudirman dan Badar, diserang saat sedang bekerja mengolah kayu di Distrik Keerom, Papua. Mereka kemudian dibawa ke Vanimo, Papua Nugini, dan hingga kini ditawan di sana.
“Perwakilan Indonesia kan ada di sana (Papua Nugini). Mereka yang melakukan negosiasi,” kata Badrodin di Jakarta, semalam.
Papua Nugini, ujar Badrodin, bagaimanapun negara lain sehingga peran Indonesia dalam pembebasan sandera amat tergantung pada pemerintah setempat. Indonesia tidak bisa langsung bertindak tanpa izin pemerintah PNG.
“Kalau mereka izinkan aparat keamanan Indonesia untuk melakukan tindakan, ya boleh. Sebab kita (RI) tidak punya kewenangan di sana. Jangan anggap itu (PNG) wilayah kita,” kata Badrodin.
Ia mencontohkan kasus penyanderaan WNI di PNG itu dengan perkara koruptor yang kabur ke luar negeri. “Biarpun kita temukan mereka di sana, kita tidak bisa langsung tangkap karena itu negara orang,” ujar Badrodin.
Meski demikian nih gan harsindo.com, koordinasi antara pemerintah RI dan Papua Nugini berlangsung intens. Pemerintah PNG berperan sebagai mediator, dan memberi tahu substansi materi yang dibicarakan dengan pihak penyandera.
Sementara Kapolda Papua Inspektur Jenderal Paulus Waterpauw menyatakan militer Papua Nugini saat ini menghimpun kekuatan dari ibu kotanya, Port Moresby, terkait upaya operasi pembebasan sandera.
“Militer PNG sudah mempersiapkan kekuatan cukup besar yang didatangkan dari Port Moresby untuk membantu tentara PNG yang ada di Vanimo,” kata Paulus seperti dilansir Detikcom, usai menggelar pertemuan dengan Jack Aly, Konsulat Negara Papua Nugini untuk Provinsi Papua.
Paulus dan Jack bertemu untuk berkoordinasi terkait pembebasan dua WNI di Vanimo tersebut. Sebelumya, Polda Papua telah mengirim tiga tokoh adat untuk bertemu kelompok bersenjata yang menyandera Sudirman dan Badar.
Sebelumnya Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Endang Sodik menyatakan para penyandera meminta agar kedua WNI ditukar dengan tahanan di Polres Keerom yang terlibat kasus ganja.
Namun menurut Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan, hingga saat ini belum ada solusi atas negosiasi yang berlangsung dengan OPM. Menurutnya, pemerintah RI tidak dapat memenuhi permintaan OPM.
Luhut menyatakan pemerintah RI tidak bisa berkompromi dan tak bisa pula melakukan barter dengan pihak penyandera.
Saat ini TNI telah menyiagakan pasukan dari berbagai kesatuan, mulai dari Kopassus, Paskhas, Denjaka, dan Denbravo, untuk membantu operasi pembebasan sandera bila izin turun dari pemerintah PNG.
Kopassus atau Komando Pasukan Khusus ialah bagian dari komando utama tempur milik TNI Angkatan Darat yang punya kemampuan antiteror, Denjaka atau Detasemen Jala Mengkara ialah satuan antiteror TNI Angkatan Laut, sedangkan Denbravo Kopaskhas atau Korps Pasukan Khas ialah satuan elite TNI Angkatan Udara setara Kopassus. Satuan-satuan ini merupakan yang terbaik yang dimiliki TNI.

0 Response to "Negosiasi Pembebasan WNI yang Disandera OPM, Militer Indonesia Siapkan Kekuatan Besar"
Post a Comment